Setiap waktu terus bergulir ya, seperti hembusan angin muson yang selalu berganti, atau mungkin, aliran putaran matahari di langit yang selalu berubah. Tak berhenti. Dari timur ke barat, berulang dan tak berhenti. Berulang, namun berbeda kisah. Berulang, namun dengan tokoh utama yang selalu berganti. Berulang kembali, dari dulu hingga kini.
Begitu pun, penyerta langkah kaki ini. Mungkin diriku dulu
sebagai penyerta, penyerta yang menjelajahi kota khatulistiwa, bersama 2 orang
temanku di sana dalam rangka On The Job Training kami, Langkah Waktu Ini. Ah,,
itu sudah lama, sudah terlewat empat kali rasi bintang Libra sampai tulisan ini
diketik.
Sekarang, penyerta langkah ini silih berganti. Mereka adalah
salah satunya. Tak ada yang menyangka kan, ternyata mawar merah banyak yang
mekar di antara gang mawar di sudut kampung Sepinggan. Di gang mawar dulu,
ibuku pernah singgah, membeli tanah dan ditanami banyak mawar untuk dipanen
setiap hari. Sebagai salah satu mata pencaharian membantu kepulan dapur
meskipun hanya dapat beberapa rupiah per tangkai bunganya. Sangat bersyukur.
Rionara Sendi Pratama, Tasya Ramadhani, sudah lebih dari
satu semester melangkahkan kaki dalam shift bersama diriku. Padahal diri ini juga
udah pindah dari shift di grup Manager Teknik 3 ke shift di grup Manager Teknik
1. Ya begitulah, itu namanya “kebetulan”. Tapi memang, , diri ini sangat
bersyukur dengan adanya mereka, keberadaan mereka adalah sebuah hal yang manis.
Hahaha. Kenapa ? Ya, yang pasti adalah pengaruh langkah mereka yang menyertai,
sangat membantu kami dalam meniti jalanan yang sulit untuk dilalui sendiri.
Baik itu saat ‘keliling’, saat take moment, saat instalasi, perbaikan, bahkan
saat anakku aqiqah. Masya Allah, makasih banget pokoknya. ;)
Ingat saat ground check ? Pelan pelan bawa mobil mundur
dengan mas Pur, akhirnya Rio harus jalan pelan pelan juga supaya PIR tidak
terlalu jauh dengan source. Kadang malah hujan deras datang tiba tiba padahal
grond check belum selesai. Yang paling lucu ya, “Duh mas, Chevronnya Tasya
terlepas”. Mulai panik kan, “Iyakah ? tadi di sebelah mana jatuhnya ?” .
Akhirnya malam itu puter puter runway bolak balik di taxyway bravo, charlie,
delta, charlie, bravo, eko, eh,,. Setelah lamaaa, puter puter, akhirnya,, gak ketemu, “ya sudah lah”. Seng sabar yo
nduk, mas Rio disemangatin dong mbak Tasya-nya. Hehe.
Yang paling kusuka ya kalo uda mau pulang dinas malam gitu,
“Libur telah tiba, libur telah tiba, hore hore hore...”. duh, maaf ada pencipta
lagunya, Tasya. Haha. Kemudian istilah “Ria” yang kalo malam, atau “Rio” kalo
siang ? tapi masih heran, yang bener yang mana nih ?
Haha, memang gak ada yang paling ngeri selain serangan tawon
penunggu tangga radar hingga sepatu PDH gak muat karena kaki gemuk mendadak.
Huuh. Atau, batang singkong jadi tongkat tambor mayor ? diputer puter kayak
pake stick tambor. Hmm, atau kayang
sambil ambil batang sapu lantai pakai mulut (kayak tambor mayor) sampai kepala
dan mata merah di ruang standby Power House ?. Wah wah. Apalagi ya, oh, sebelum
itu sempat ada pengalaman mistis ya, yang tiba tiba rambut Rio ada yang
membelai. Haha, dikiranya aku atau Tasya. ?
Yang berkesan lainnya, salah satunya mungkin adalah
perbaikan rangkaian elektronika UPS Localizer yang dari isya hingga subuh, dan
gak berani tidur karena takut kebablasan. Hahahaha, akhirnya molor di kursi
belakang hampir se jam dari setengah enam sampai jam setengah tujuh pagi
menunggu dinas pagi agar segera pulang untuk memejamkan mata.
Meskipun demikian, OJT ini paling beda, beberapa kali sempat
harus daring dikarenakan pandemi. Tapi menurutku, kalian berdua ini memang
canggih. Bisa dengan cepat menyamakan langkah. Menyesuaikan situasi dengan
adaptif. Bergerak pelan pelan dengan pasti. Memahami situasi. Salut, saya benar
benar salut.
Februari ini OJT kalian berakhir. Berikan yang terbaik untuk
almamater, untuk orangtua. Sharing ilmu dari tempat OJT untuk kalian bekerja
sama meraih cita cita. Ambil dan contoh yang baik baik, buang dan jadikan
pelajaran yang tidak baik. Ingat bahwa semua yang bertemu, akan berpisah. Kuat
kan lah kaki kalian menahan beban kehidupan selanjutnya. Tanamkan dalam diri
kalian. “All is well, Allah always with us”. Setidaknya aku pernah beberapa
kali menceritakan tentang pentingnya kalian bersyukur dengan jalan yang kalian
tempuh. Pentingnya kalian “ngajeni wong tuwo”. Pentingnya kalian mengambil pelajaran
dari kisah dan dari apa yang kalian alami. Jangan takut. Jalani saja. Syukuri.
Oiya, Berdoalah, dengan doa, doa akan sampai, hati yang khawatir ‘pasti tenang’.
Yakini itu.
Semoga sukses dan selalu dalam lindungan Allah, Rio dan
Tasya. Maafkan jika ada salah.
Rio merupakan Taruna Poltekbang Surabaya yang masuk tahun
2018 di kelas TNU XI.
Tasya merupakan Taruni Poltekbang Makassar yang masuk tahun
2018 di kelas TNU X.
Komentar
Posting Komentar