Sore yang diselimuti awan mendung, menuntunku menyusuri jalanan
pedesaan di sebelah barat tanggul kali Brantas yang memisahkan kedua kabupaten
ini (Kediri dan Nganjuk Jawa Timur). Meniti langkah dengan sebuah motor
peninggalan ayah, tepat sehari setelah meletusnya Kelud di 2014, 15 April 2014.
Niatku kesini adalah untuk silaturahim, menemui ‘tilas’ temanku yang dulu
adalah seorang yang kuanggap luar biasa dalam kedisiplinan hidupnya mengikuti Xtra di sekolah menengah kami, SMP
Negeri 4 Kertosono, di sebuah kecamatan yang seolah kota pinggiran perbatasan 3
kabupaten kota di Jawa Timur.
Terlihat, sebuah pintu depan terbuka dengan
leluasa, seolah mempersilahkanku masuk, dengan diawali salam serta senyuman mempesona
yang segar. Senandung salam kuucap di sana. “Assalamualaikum”.
segera beliau menjawab dengan ‘gupuh’, segera keluar dari kamar dapurnya
menemuiku yang termangu senyum mnis di antara tiga batang tiang pintu.
“buk, kulo Didik, niki leres griyone mas Musafabi nggeh ?” beliau sejenak
‘dengan sangat singkat’ berfikir,
“iya, le,,”
“kulo, adik kelas.e mas abi pas riyen SMP buk.”
“wallaaah,, ayo2 mlebu le,”
Alhamdulillahirobbilalamin, aku bersyukur bisa masuk rumah ini lagi. Sebuah
rumah yang seolah menyimpan sejarah luarbisaa atas saksi kehidupan salah
seorang kakak kelasku waktu menginjak sekolah menengah pertama. Muhammad
Musafabi.
“bucahe sek during muleh le, sakki kerjo ndek Kalimantan. Alhamdulillah le,
arek.e wes iso di omong enak le, ndek kono kerjo ndek batu bara.”
iya, itulah sekelumit kata yang ku tangkap, sang
ibu yang sangat bangga dengan putra bungsunya itu menceritakan dengan rinci
anaknya yang setahuku masih berkulit putih. Sekarang dia (anak bungsu atau yang
kukenal mas Musafabi) bekerja sebagai personality accounter di salah satu
perusahaan batubara di Kalimantan, dia sudah bekerja disana kira-kira 16 bulan.
Mencari nafkah demi mempersiapkan pengalaman
menghadang hiruk pikuk bakal keluarganya di masa yang akan datang.
“Biyen arek’e pernah le melu tes angkatan laut, tapi gak ketrimo ndek tes
terakhir. Padahal sampek nguras duwit onok 2 juta, soal.e kan kudu nggawe
pakaian2 perlengkapan2 seng iso diomong lengkap gawe tes angkatan,
Alhamdulillah le sakki arek.e diterimo kerjo seng enak ndek batu bara, ndek
kono kerjaane ngitung duwit gawe gaine pekerja, onok 40 juta ngunu kuwi
dicekel, tapi yo ngunu, duduk duwit.e dewe.”
Ibu yang hebat ini bercerita tentang anak bungsunya seolah tiada henti, bangga,
sangat bangga dia padanya
“Bucah.e iki nduwe pacar, wes 8 tahun pacaran, kaet SMP cae pacaran. Ndek wingi
pas udan awu pacar.e yo rene, yo alasanne ngeteri gulo lah, op lah karo wong
tuwone. Biyen pas mari lulus STM le, Abi iku di tawari pak’e pacare dadi
polisi, tapi abi gak gelem, jare abi, “mbuten pak, kulo pengen kerjo karo
usahane kulo piyambak pak.” Karo andekne Abi yo sungkan kan karo bolo-bolo,
pomo dianggep istilahe licek mlebu polisi mergakne enek seng nglebokne.”
Subhanallah, memang, ini adalah kesempatan untuk kaya secara singkat. Namun
benar apa pilihan dia, itu bagus. Apa jadinya kalau dia menerima, pastilah awal
yang buta dengan langkah yang nanti menjadikan buta rizki yang diterima di masa
yang akan datang.’ Batinku dalam hati kala itu mendengar secuil kisah dari ibu
separuh baya ini.
“Abi, mbiyen yo ngunu le. Konco-koncone yo uakeh seng rene, ealah , mari UNAS
ngunu, tak kiro ae cah 5, 6, ee lakok bucah 20 rene kabeh, yo konco2 wedok e
tak jak masak. Buacah.e iku pernah numpak pesawat peng 12 le, dadi yo ngunu wes
apal karo juanda. Enek’I mbiyen koncone ngunu, ndeleh tas sembarangan, ilang
akhir’e. jare abi ‘salahmu ndek mau tak omongi gak gelem.’ Biyen iku bucahe
ndek nimbang tas iku tas’e tetep dicangkluk ndek ngarep awak’e ngunu. Dadi aman
kan. Ditimbang dewe, gak ilang.” Semangat ibu ini tampak dari logat bicaranya
yang sangat jelas dan cepat. Mengerti otak ini, bangga otak ini mendengar kisah
seorang sahabat kakak kelasku yang kini bisa dibilang sesuai dengan perawakkan
dirinya.
“enek maneh le, bucah’e iku yo lucu og, pernah
iku abi guaya. Ndek njero pesawatkan enek pramugari seng ayu-ayu ngunu. Nah
iku, abi yo “genit”, gayane turu ngunu, ben sabok pengamanne dibenakne karo
pramugari senga ayu-ayu. “eman eg mak, uayu-ayu eg mak”. Hahaha.”
subhanallah, lucu sekali kisah sahabatku ini.
Sumber dari orang yang sangat dekat dengan
sahabatku ini pastilah bukan sebuah kebohongan belaka.
“Alhamdulillah le, sakki bucah’e iso kerjo ndek kono. Tak dongak’ne mbendino.
Ngeneki pas nyambel karo nguleg nyambel, tak dongakne le, pernah iku bucahe tak
langkahi le mbendido pas ape tes ngunu. Mbiyen iku malah sampek ngombe iki lho
le (menunjukkan kakinya yang tampak keriput), kan surga itu dibawah telapak
kaki ibu. Alhamdulillah le, Gusti Allah maringi penak, maringi berhasil gawe
anakku ini.”
Allah pasti tidak akan membebani masalah yang
hambanya tidak mampu menanggungnya, inilah kuasa Gusti yang maha Agung.
Keberhasilan yang diraih seseorang adalah sesuai dengan usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencapai kesuksesan yang diidam-idamkan. Sekedar ku menghela
nafas haru bahagia atas keberhasilan salah seorang kakak yang menjadi sahabatku
dulu ini. Dia salah satu orang yang dermawan menurutku, dia mampu menjadi
“bijak” semuda itu melebihiku pada usia yang sama kala itu. Entah apa yang
menjadi latar belakang perilakunya yang sangat mengesankan itu. Namun aku
yakin, bahwa sikap yang dia dapatkan saat ini adalah buah dari kesabaran sang
bunda yang istiqomah. Yang sudah memiliki 5 kepala, yang pastinya sangat sudah
berpengalaman dalam memilah dan memilih yang baik untuk anak anaknya. Hingga
sampai saat ini, pesona hidup yang dia miliki seolah tercurah dalam
kata-katanya yang luarbisaa.
Sebuah rumah kecil yang eksotis ini akan menjadi
kenangan hebat besar yang pastinya melekat dalam benakku. Bukan megah, bukan
mewah, namun sangat menarik untuk dijadikan pengalaman luarbisaa atas telah
dilahirkannya 4 orang laki-laki yang kini menjadi seorang yang benar-benar
bertanggung jawab dalam mengarungi kehidupannya. Tiada yang tahu kebenaran itu,
karena jika dilihat dari sudut materi, sungguh tiada bisa dibayangkan, bahwa
rumah ini menyimpan rahasia besar takdir Allah.
Allah berikan kebebasan hambanya untuk memilih,
mas musafabi, memilih untuk mengadu nasib bersama kakaknya di pulau seberang.
Melangkah di tanah yang baru. Mengenal hal baru di sana. Mendapat pengalaman
baru di sana. Kemudian, inilah yang menjadi inspirasiku, bahwa diriku ini
berhak pula mengubah nasib dan di sinilah diriku. Ingin menjadi seorang yang
luar bisaa. Bersama orang-orang luar biasa di dunia. Menemui sang maha kuasa,
melindungi yang lemah, memenangkan sebuah kompetisi denga jujur dan baik.
Berdirilah diriku, meminta izin kepada sang
bunda luar biasa ini untuk mengangkat langkah, keluar dan kembali ke
kehidupanku yang sesungguhnya. Ku cium tangan beliau, semerbak senyum ku tampilkan
guna penghayatan, ucap terimakasih ku haturkan pada beliau, salam ku berikan
pada beliau. Sungguh hebat, nasihat terakhir beliau dan sekaligus adalah doa,
semoga aku bisa menjadi orang yang sukses dan hati-hati dalam langkahku.
Bismillah.
Komentar
Posting Komentar