Lagi lagi, sebuah tulisan tangan tidak lagi tergores diantara hiruk pikuk suasana pasca pandemi. Setahun dua tahun menjadi hal yang,
Banyak sekali hal berlalu, menyisihkan berbagai macam pengalaman unik pahit atau pun asam. yah semua campur aduk. Tak menentu, menjadi kan tak ada yang terikat, hilang entah kemana, dibalik guguran daun pun tidak tampak. Lalu ?
Tuhan tidak diam, alam selalu bergerak, meski goresan kisah hidup ini tidak tersirat, setidaknya secuil kisah masih beberapa teringat melalui memory memory lain.
Saat ini banyak sosial media, disana ada memori yang berbeda kan. Suara hati pun digoda untuk disampaikan disana. Budaya ini, mulai bergeser. Jika biasanya goresan kisah pribadi akan digebok dalam sebuah buku "diary". Hingga tidak ada seorangpun yang tahu akan kisah hati ini. Sekarang mulai open minded, bahkan terlalu open, terlalu terbuka hingga lupa mana aurat mana organ. Ah,, "bagikan apa yang ada di pikiranmu".
Menulis seolah bukan lagi menjadi rutinitasku. Rindu rasanya bisa menuliskan sesuatu lagi ke buku biru, mungkin saat ini dia sangat ingin pemiliknya melihatnya lagi. Menggoreskan kisah hidupnya kedalam setiap lembar kertas putih yang lama tapi masih bersih. Kertas pemberian sang Ayah pada tahun 2000-an sebagai hadiah tahu ajaran baru.
Rindu diriku, merasakan setiap goresan itu sangat berharga. Hingga tak jarang, sedikit linangan permata muncul diantara indra inti manusia mengetahui bentuk tulisan ketika menggoreskan tinta hitam bolpoint pilot. Rindu rasanya melampiaskan kecemasan, kekaguman, keresahan, kebahagiaan ke coretan dalam buku biru.
Bagus kan ? Jika pengalaman berharga, sekiranya bermanfaat untuk orang lain, yuk sharing. Berbagi ilmu itu indah kok. Berbagi ilmu tidak menjadikanmu miskin akan ilmu. berbagi ilmu akan menjadikanmu kaya.
Komentar
Posting Komentar