Hari dimana langkah ini masih berkesempatan untuk menginjak harumnya kota nan sejuk, kota angin nganjuk. 24 Desember 2016, patut lah bersyukur, atas seluruh nikmat yang telah diberikan olehNya untuk diri ini, atas seluruh teman yang dianugerahkan dariNya untuk diri ini, atas seluruh tokoh tokoh pembantu yang muncul dalam kisah utama perjalanan hidup ini. Patut dan sangat patut disyukuri.
Kembali, dipertemukan diri ini dengan seorang teman lama yang perjuangannya ter’sirat’ dalam sebuah kisah yang pernah saya tulis di dalam ‘goresan jemari’ ini. ‘Anung Nailil Machrom’, ya, pernah tahu kan ? Dia adalah salah seorang sahabat saya, yang dikenalkan melalui sebuah anugerah amanah mewakili ajang olimpiade astronomi dari kabupaten nganjuk untuk provinsi jawa timur. Rumahnya di nganjuk, sama dengan saya.
Hari ini, kami sama sama dalam kondisi
luang, alias lagi free dari kesibukkan berkampus, kita sama sama dapat liburan
hari ini. Jadi, kita janjian, untuk bertemu menikmati indahnya malam kota
nganjuk nan semakin ramai menuju perayaan natal esok hari. Kita menentukan
lokasi tept di jantung kota nganjuk, coba dimana ? iya itu di alun alun kota
nganjuk.
Inginnya nongkrong, ngopi, menyeruputnya
lah minimal, eh, ternyata café merdeka lagi full, ya jadinya, kami menikung,
berbelok menuju alun alun kota nganjuk. Menikmati ramainya berbuah buah hati
bermain sepatu roda. Penjual penyewa, banyak bersyukur karena saat itu lagi
banyak pengunjung yang berbondong bondong memadati kota angin ini.
Ya, selanjutnya, kami menyusuri seisi alun
alun, sejenak berhenti untuk membeli kacang rebus, duduk di pinggiran rumput
hijau malam hari. Bercakap dan bercakap. Membahas ilmunya membahas ilmuku.
Saling berbagi.
Dia sekarang melanjutkan kuliah di UB,
Komunikasi, ya mbahasnya mengenai komunikasi lah. Diriku ini kan jiwa teknik,
pasti dilihat dari psikis, teknik kan kerjanya ya berprinsip ‘ayo kerja’ *kayak
pak Jokowi *, beda dengan komunikasi kan
? Nah, alhamdulillahnya, sahabatku ini melengkapi ilmu dalam diriku yang dirasa
sangat kurang dalam proses berkomunikasi.
“Komunikasi itu baru bisa terjadi karena
dua hal om,” Ungkapnya dengan mengupas kulit kacang yang sudah di buka bungkus
kertasnya.
“Yang pertama interpretasi dan kedua
persepsi.” Lanjutnya,
“dan itu berurutan, baru setelah keduanya,
baru ke arah komunikasi.” Lanjutnya lagi.
Itulah kesimpulannya dari obrolan kami.
Tapi,,
“Iya, om, mengenai apa ?”
“Agama.”
“Iya, om silahkan.” Lanjutku.
“Begini om, pertanyaannya, om percaya ada
Tuhan ?” Tanyanya, mengarahkan pandangannya ke arahku.
“Iya,”
“Lalu om, buktinya apa om kalo tuhan ada.
Coba om buktikan, apa buktinya kalo Tuhan itu ada ?”. Pandangannya tetap
terarah padaku, ya,
“Buktinya, hm” aku memikir sejenak, “Ini
om, kita ini bukti kaloada Tuhan.”
“Kok bisa ? kita kan bukan Tuhan, kita kan
ada dari rahim ibu kita.”
“Oh, ya ini,”
“ini apa om?” Tanyanya,
“Apa om, gimana gimana ?” hahaha, tanda aku
mulai penasaran jawabannya.
“Begini ya om, buktinya AL QURAN. Om
percaya kan tuhan Maha Benar ? menurut saya sih om, Tuhan memang Maha Benar,
dan satu satunya kitab yang terjaga tanpa campur tangan manusia di dalamnya ya
hanya satu, AlQuran. Allah telah berjanji akan menjaga alQuran sampai hari
kiamat sebelum diangkat, dan yang paling mengherankan, Muhammad diberi wahyu
alQuran untuk membaca adalah saat dia belum mampu baca tulis. Namun saat itu
juga alQuran masuk dalam dadanya.”
Komentar
Posting Komentar